Rabu, 02 November 2011

ASKEB ANAK SAKIT GE


oleh : Ainul Mushlihatul Muslimah

BAB 2 LANDASAN TEORI



2.1.       Pengertian Gastro Enteritis
Adalah peradangan pada daerah lambung dan usus halus termasuk didalamnya mukosa dan sub mukosa dari usus halus.
Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3 kali buang air besar, sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari empat kali buang air besar (Suryanah, 1997)
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih 3 kali pada anak, konsistensi feces encer dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 1997 : 143).

2.2.       Penyebab Utama dari Gastroenteritis adalah :
2.2.1         Faktor Infeksi
a.              Infeksi Enteral : Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Infeksi enteral meliputi sebagai berikut :
§    Infeksi Bakteri
Vibrio, E. Coli, Salmonella, shigella, comylobacteri, Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya
§    Infeksi Virus
Enterovirus (virus Echo), Cuxsarkie, Poliomyelitis, Adeno virus, Astrovirus, dan lain – lain
§    Infeksi Parasit
Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyvirus, Sanongyloides), Protozoa, (Entamoeba, Histolytica, Gradia Lamblia, Trichomonas Hominis), jamur (Candida Albicans)

b.             Parenteral : Infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti : otitis media akut (OMA), tonsilitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terutama pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun

2.2.2         Faktor Malabsorbsi
a.              Malabsorbsi karbohidrat
Disakarida (intoleransi laktosa, maitosa dan sakrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa) pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering intoleransi laktosa
b.             Malabsorbsi lemak
c.              Malabsorbsi protein

2.2.3         Faktor Makanan
Adalah makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan

2.2.4         Faktor Psikologis
Adalah rasa takut dan cemas (Jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar)

2.3.       Patofisiologis
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi :
a.              Kehilangan air dan elektrolit (terjadinya dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa
b.             Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah)
c.              Hipoglikemia
d.             Gangguan sirkulasi darah
e.              Meningkatkan motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebih.
f.                   Cairan, sodium, potasium dan bikarbonat, berpindah dari rongga ekstraseluler ke dalam tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit dan dapat terjadi asidosis metabolik.
                                                                                            (Surjadi, 2001 : 83)
SKEMA
MOTILITAS ­
Cepatnya pengosongan pada intestinal
 
                          
                                    












Gangguan absorbsi, ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebihan
 



Cairan, sodium, potasium, bikarbonat pindah dari rongga ekstraseluler ke tinja
 










Kekurangan air (dehidrasi)
 



Gangguan keseimbangan asam-basa (asidosis me-tabolik)
 







 










Gambar : Gangguan absorbsi cairan dan elektrolit yang berlebihan

Diare yang terjadi merupakan proses dari :
1.             Transportasi aktif akibat rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus. Sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatkan sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga menurunkan urea permukaan intestinal. Perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan observasi cairan dan elektrolit
2.             Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal untuk mengobservasi cairan dan elektrolit dari bahan-bahan makanan, dan terjadi sindrom malabsorbsi
3.             Meningkatkan motilitas intestinal dapat mengakibatkan gangguan absorbsi intestinal                                            (Suriadi, 2001 : 83)
2.4.       Patogenesis
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah :
1.           Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare

2.           Gangguan Sekresi
Akibat rangsangan tertentu misalnya toksin pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus

3.           Gangguan Motilitas Usus
Hiper peristaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulan diare pula

2.5.       Gambara Klinis
Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare/buang air besar lebih dari 4 kali sehari. Tinja dari encer sampai cair, kadang-kadang disertai lendir atau lender campur darah. Warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak di absorbsi oleh usus selama diare.
Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan mulai nampak, yaitu berat badan turun, turgor kulit menurun, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung (pada bayi), selaput bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Bila keadaan semakin berat akan terjadi dehidrasi dengan gejala sebagai berikut : rasa haus, mulut kering, mata cekung, dan pada bayi ubun-ubun cekung. Kehilangan berat badan normal, turgor kulit menurun (lebih dari 2 dehidrasi berat), kulit kehilangan kekenyalan, nadi lemah dan cepat.
                                                                                      (Suryanah, 1996 : 157)
2.6.       Tahapan Dehidrasi
1.       Dehidrasi ringan  :  Berat badan menurun 3 % - 5 %, dengan volume  cairan yang hilang kurang dari 50 ml/kg.
2.       Dehidrasi sedang :  Berat badan menurun 6 % - 9 %, dengan volume cairan yang hilang 50-90 ml/kg.
3.       Dehidrasi berat      :  Berat badan menurun lebih dari 10 % dengan volume cairan yang hilang sama dengan atau lebih dari 100 ml/kg.
                                                                                         (Suriadi, 2001 : 85)

2.7         Penilaian Derajat Dehidrasi
Penilaian
Ringan
Sedang
Berat
Keadaan Umum
Baik
Gelisah
Lesu, lungkai, atau tidak sadar
Mata
Normal
Cekung
Sangat cekung kering
Air mata
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Mulut dan lidah
Basah
Kering
Sangat kering
Rasa haus
Minum biasa tidak haus
Haus, ingin minum banyak
Malas minum atau tidak bisa minum
Periksa :
§   Turgor kulit

Kembali cepat

Kembali lambat

Kembali sangat lambat
§   Hasil pemeriksaan
Tanpa dehidrasi
Dehidrasi ringan/ sedang
Dehidrasi berat
(Arief Mansjoer : 472)



2.8         Komplikasi
Akibat diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak terjadi berbagai komplikasi sebagai berikut :
1.             Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik)
2.             Renjatan hipovolemik
3.             Hipokalemia (dengan gejala meteorismus hipotonik otot lemah, bradikardi, perubahan elektro kardiogram)
4.             Hipoglikemia
5.             Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktosa
6.             Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik
7.             Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik)

2.9         Uji Laboratorium dan Diagnostik
1.             Hematest faeces, untuk memeriksa adanya darah (lebih umum dengan adanya bakterial)
2.             Evaluasi faeces terhadap volume, warna, konsistensi, adanya pus
3.             Hitung darah lengkap dengan deferensial
4.             Uji antigen imunoessensi enzim, untuk menentukan rotavirus
5.             Kultur faeces (jika anak dihospitalisasi, pus dalam faeces atau diare yang berkepanjangan), untuk menentukan patogen
6.             Evaluasi faeces terhadap telur cacing dan parasit
7.             Aspirasi duodenum (jika diduga G. Camblia)
8.             Urinilis dan kultur (berat jenis bertambah karena dehidrasi organisme shigella keluar melalui urine)        
    (Cecily L Betz, 2002 : 160 – 161)





2.10          Diagnosis Banding

Temuan – Temuan

Anamnesis
Pemeriksaan
Pemeriksaan Penunjang/ Diagnosis Lain yang Sudah Diketahui
Kemungkinan Diagnosis
§  Riwayat ibu dengan infeksi uterus, demam yang dicurigai sebagai infeksi berat, ketuban pecah > 18 jam
§  Bayi kecil (berat lahir < 2500 gr atau umur kehamilan < 37 minggu
§  Sepsis
     Darah rutin, kultur darah, tinja, apusan dubur
§  Diare karena sepsis
§  Timbul pada hari ke 1 – 3



§  Minum selain ASI
§  Minum baik

§  Diare non infeksi
§  Timbul diare sesudah minum-an lain dimulai



§  Wabah diare pada perawatan bayi
§  Tinja kuning lunak
§  Tidak muntah

§  Diare karena terapi sinar
§  Wabah diare pada perawatan bayi
§  Tinja cair, kehijauan dan banyak, terus menerus bahkan pada bayi yang tidak minum ASI
§  Darah dalam tinja
§  Muntah
§  Sepsis
§  Dehidrasi
§  Diare karena infeksi nosokomial
§  Minum tidak mau atau buruk
§  Layuh atau letargi
§  Bayi tampak sakit
§  Bayi kecil (BB < 2500 gr atau umur kehamilan < 37 minggu)
§  Diare bercampur lendir/ darah
§  Muntah sering bercampur darah
§  Distensi abdomen
§  Progresivitas tanda-tanda penyulit (suhu tubuh tidak stabil dan atau apnoea)
§  Sepsis
§  Cairan aspirat lambung meningkat
§  Enterokolitis
§  Nekrolikons

2.11          Penatalaksanaan
1)      Pengobatan medik (kausal), hal ini dapat dilaksanakan dengan tepat setelah diketahui penyebabnya-penyebabnya, infeksi internal untuk pengobatan paling tepat diadakan biakan tes resistensi.
2)      Pemberian Cairan
a.       Belum ada dehidrasi
§  Per oral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas tiap defekasi
§  Tanda-tanda dehidrasi dengan memberikan cairan rumah tangga yang dibuat dari larutan gula garam, air tajin, kuah sayur, teh botol (pengobatan di rumah).
b.       Dehidrasi ringan
§   Anak dengan dehidrasi ringan (5 % - 10 % BB) di puskesmas atau rumah sakit dengan oralit.
§   1 jam pertama : 25 – 50 ml/kg BB per os
Selanjutnya    : 125 ml/kg BB/ hari ad libitum
c.       Dehidrasi sedang
§  1 jam pertama             : 50 – 100 ml/kg BB per os
Selanjutnya    : 125 ml/kg BB/ hari ad libitum
d.      Dehidrasi berat
§  Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun berat badan 3 – 10 kg :
      1 jam pertama : 40 ml/kg BB/jam = 10 tetes/kg BB/ menit (set infus berukuran 1 ml = 15 tetes) atau 15 tetes/kg BB/ menit (set infus 1 ml = 20 tetes)
§  Untuk bayi baru lahir (Neonatus) dengan BB 2 – 3 kg
      Kebutuhan cairan : 125ml + 100 ml + 125 ml = 250 ml/kg BB/24 jam.
Jenis cairan : cairan 4 : 1 (4 bagian glukosa 5 % + 1 bagian NaHCO3 1 ½ %)
Kecepatan : 4 jam pertama 6 tetes/kg BB/ menit atau 8 tetes/kg BB/ menit 20 jam berikutnya 150 ml/kg BB/20 jam atau 2 tetes/kg BB/ menit (1 ml : 15 tetes) atau 2 ½ % tetes/kg BB/ menit (1 ml : 20 tetes)
§  Untuk BBLR : kebutuhan cairan 250 ml/kg BB/ 24 jam. Jenis cairan antara 4 : 1 kecepatan cairan sama dengan bayi baru lahir
§   Dehidrasi berat dengan atau tanpa komplikasi dengan atau tanpa penyakit penyerta di rumah sakit atau puskesmas, diberikan cairan sesuai dengan berat atau ringannya penyakit. Pada tanda dehidrasi 100 ml/kgBB/hari sebanyak 1 kali setiap 2 jam pada bayi yang masih minum ASI, ASI nya diteruskan. Berikan cairan jika setiap kali diare dan untuk umur anak kurang dari 2 tahun berikan ½ gelas. Jika umur 2-6 tahun diberikan 1 gelas, anak yang lebih besar diberikan 400 cc/2 gelas. Pada dehidrasi ringan dimana diarenya 4 kali sehari maka diberikan cairan 25-100 ml/kg BB/hari atau setiap jam 2 kali oralit diberikan pada kasus ringan sampai berat + 100 ml/kg BB/4-6 jam. Bila masih memungkinkan ASI masih tetap diminumkan (Suryanah, 1996 : 158-159).

3)      Rencana pengobatan dehidrasi
1.      Pengobatan A (untuk mengobati diare)
Jelaskan tiga patokan untuk mengobati diare di rumah :
a.      Berikan anak anda lebih banyak cairan daripada yang biasanya untuk mencegah dehidrasi, cairan yang cocok mencakup :
-          Makanan cair yang direkomendasikan seperti bubur cair, sup atau tajin
-          ASI atau susu yang diencerkan dua kali dari pada biasa
b.      Berikan anak anda makan
-          Berikan makanan yang baru dimasak
-          Berikan sari buah segar
-          Tawarkan makanan setiap 3 atau 4 jam
-          Dorong anak makan sebanyak ia inginkan
-          Masak dan saring atau giling makanan dengan baik
-          Setelah diare berhenti, berikan satu makanan tambahan tiap hari selama seminggu atau sampai anak telah mendapatkan kembali berat badan normalnya
c.      Bawa anak anda ke petugas kesehatan, jika anak :
-          Mengeluarkan banyak tinja
-          Sangat haus
-          Mempunyai mata cekung
-          Menderita demam
-          Tidak makan dan minum secara normal
-          Tampak tidak membaik

2.      Pengobatan B (untuk mengobati dehidrasi)
a.      Jumlah larutan garam rehidrasi oral (GRO) yang diberikan dalam 4-6 jam pertama
b.      Jika ibu dapat tetap berada dipusat kesehatan
c.      Setelah 4 sampai 6 jam, nilai ulang anak dengan menggunakan tabel penilaian kemudian pilih rencana pengobatan yang cocok. Jika anak dibawah usia 12 bulan, mintalah agar ibu :
-          Meneruskan pemberian ASI
-          Jika ibu tidak menyusui sendiri, berikan 100-200 ml air bersih sebelum meneruskan GRO
d.     Jika ibu harus pergi sebelum rencana pengobatan B selesai
-          Berikan ia cukup kemasan GRO untuk 2 hari dan perlihatkan padanya cara menyiapkan cairan
-          Perlihatkan padanya banyaknya GRO yang diberikan untuk menyelesaikan pengobatan 4-6 jam di rumah
-          Katakan padanya untuk memberikan GRO dan cairan lain sebanyak yang diinginkan oleh anak setelah pengobatan 4-6 jam berakhir
-          Katakan pada ibu untuk memberikan sejumlah kecil makanan setiap 3-4 jam (Petrus, Andrianto, 1992 : 26)

3.      Pengoabatan C (dehidrasi berat)
a.      Jika anak menderita penyakit berat lainnya, segera dirujuk, selama dalam perjalanan, mintalah ibu untuk terus memberikan oralit sedikit demi sedikit dan anjurkan untuk tetap memberikan ASI.
b.      Jika tidak ada penyakit berat lainnya, diperlukan sebagai berikut :
1)      Jika dapat memasang infus, segera beri cairan RL atau NaCl secepatnya secara intravena sebanyak 100 ml/BB dengan pedoman sebagai berikut :


Umur
Jumlah pemberian 30 ml/kg BB, selama
Pemberian berikutnya, 70 ml/kg BB, selama
Bayi (< 12 bulan)
1 jam pertama
5 jam berikutnya
Abak (12 bulan – 5 tahun)
30 menit pertama
2,5 jam berikutnya

Keterangan :
Periksakan kembali setelah 1-2 jam, jika status hidrasi belum membaik (nadi lemah atau tidak teraba), ulangi pemberian pertama. Jika kondisi membaik, teruskan penanganan seperti pada dehidrasi ringan 1 sedang.
2)      Jika tidak dapat memasang infus, tetapi dapat memasang sonde, berikat oralit melalui nasogastrik dengan jumlah 20 ml/kg BB/jam selama 6 jam. Jika anak muntah terus menerus dan perut kembung, berikan oralit lebih lambat. Jika keadaan membaik setelah 6 jam, teruskan penanganan seperti dehidrasi ringan atau sedang jika keadaan memburuk segera lakukan rujukan.
3)      Jika tidak dapat memasang infus maupun sonde, rujuk segera. Jika anak dapat minum, anjurkan ibu untuk memberikan oralit sedikit demi sedikit selama dalam perjalanan (Nursalam, 2005 : 178)

4)      Pengobatan Dietetik
Anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan BB kurang dari 7 kg, jenis makanan :
§  Susu (ASI atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, Almison atau sejenis lainnya)
§  Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim), bila anak tidak mau minum susu karena dirumah tidak biasa
§  Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu yang tidak mengandung laktosa atau asam lemak yang berantai sedang atau tidak jenuh

Cara memberikannya :
§  Hari 1
Setelah rehidrasi segera diberikan makanan per oral. Bila diberi ASI atau susu formula tetapi diare masih sering, supaya diberikan oralit selang-seling dengan ASI, misalnya 2 kali ASI atau susu khusus, 1 kali oralit
§  Hari ke 2 sampai ke 4
ASI atau susu formula rendah laktosa penuh
§  Hari ke 5
Bila tidak ada kelainan pasien dipulangkan kembali, susu atau makanan biasa disesuaikan dengan umur bayi dan berat badannya

5)      Obat – Obatan
Prinsip pengobatan diare ialah menggantikan cairan yang hilang melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras dan sebagainya)
§  Obat anti sekresi
Asetosal dosis 25 mg/ tahun dengan dosis minuman 30 mg
Klorprozamin dosis 0,5 – 1 mg/kg BB/ hari
§  Obat Spasmolitik dan lain-lain. Umumnya obat Spasmolitik seperti papaverin, ekstrak beladona, opium loperamid tidak digunakan untuk mengatasi diare akut lagi. Obat pengeras tinja seperti kaolin, pektin, charcoal, tabonal, tidak ada manfaatnya untuk mengatasi diare sehingga tidak diberikan lagi
§  Antibiotik. Umumnya antibiotik tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas. Bila penyebabnya kholera, diberikan tetrasiklin 25-50 mg/kgBB/hari. Antibiotik juga diberikan bila terdapat penyakit penyerta seperti : OMA, faringitis, bronkitis atau bronkopneumonia



2.12          Pencegahan Diare
Tugas penting petugas kesehatan membantu klien diare dengan meyakinkan dan membantu anggota masyarakat, menerima tindakan pencegahan tertentu dan terus mempraktekkannya. Tindakan pencegahan ini adalah :
1.       Pemberian Air Susu Ibu
·               Berikan ASI selama 4-6 bulan pertama kemudian berikan ASI bersama makanan lain sampai paling kurang anak berusia satu tahun
·               Untuk menyusui dengan nyaman dan aman, ibu harus :
-          Jangan beri cairan tambahan (seperti air, air gula, susu bubuk)
-          Memulai pemberian ASI segera setelah bayi lahir
-          Menyusukan sesuai keperluan
-          Keluarkan susu secara manual untuk mencegah pembendungan payudara selama masa pemisahan dari bayi
·               Jika ibu bekerja diluar rumah dan tidak mungkin membawa bayinya, maka berikan ASI sebelum meninggalkan rumah
·               Ibu seharusnya terus memberikan ASI sewaktu bayinya sakit dan setelah sakit. Hal ini sangat penting, jika bayi menderita diare

2.       Perhatikan cara menyapih
·               Pada usia 4-6 bulan bayi harus diperkenalkan dengan makanan penyapih yang bergizi dan bersih, tahap awal sebaiknya makanan saring lunak
·               Kemudian diet anak seharusnya menjadi semakin bervariasi dan mencakup makanan pokok, kacang atau kacang polong, produk susu, telur dan daging, serta sayuran hijau dan sayuran jingga
·               Anak harus diberikan buah-buahan atau sari buah
·               Anggota keluarga seharusnya mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan penyapih dan sebelum memberi makan bayi
·               Makanan harus disiapkan di tempat bersih, menggunakan wadah dan peralatan yang bersih
·               Makanan yang tidak dimasak harus dicuci dengan air bersih sebelum dimakan
·               Makanan yang dimasak harus dimakan sewaktu masih hangat atau panaskan dahulu sebelum dimakan
·               Makanan yang disimpan harus ditutup, jika mungkin masukkan ke dalam rumah
3.       Gunakan banyak air bersih
·           Air harus diambil dari sumber terbersih yang tersedia
·           Sumber air harus dilindungi dengan menjauhkannya dari hewan, melokasi kakus agar jaraknya lebih jauh dari 10 meter dari sumber air
·           Air harus dikumpulkan dan disimpan dalam wadah bersih, gunakan gayung bersih bergagang untuk mengambil air
·           Air untuk masak dan minum bagi anak harus dididihkan
4.       Cuci tangan
·               Semua anggota keluarga seharusnya mencuci tangan dengan baik
-          Setelah membersihkan anak yang telah buang air besar dan setelah membuang tinja anak
-          Setelah buang air besar
-          Sebelum menyiapkan makanan
-          Sebelum makan
-          Sebelum memberi makan anak
·               Orang tua atau kakak seharusnya mencuci tangan anak yang lebih kecil


5.       Menggunakan kakus
·         Semua anggota keluarga seharusnya mempunyai kakus bersih yang masih berfungsi
·         Kakus harus dijaga bersih dengan mencuci permukaan yang kotor secara teratur
·         Jika tidak ada kakus, anggota keluarga harus :
-          Buang air besar jauh dari rumah
-          Jangan buang air besar tanpa alas kaki
-          Tidak mengizinkan anak mengunjungi daerah buang air besar sendiri
6.       Membuang tinja anak kecil pada tempat yang tepat
·               Kumpulkan tinja anak kecil atau bayi secepatnya, bungkus dengan daun atau kertas koran dan kuburkan atau buang di kakus
·               Bantu anak untuk buang air besarnya ke dalam wadah yang bersih dan mudah dibersihkan
·               Bersihkan anak segera setelah anak buang air besar dan cuci tangannya
7.       Imunisasi terhadap campak
·               Anak harus diimunisasi terhadap campak secepat mungkin setelah usia 9 bulan        
       (Petrus Andrianto, 1992 : 29-33)

2.13          Konsep Asuhan Keperawatan pada Anak Sakit
2.13.1  Pengkajian
I.        Data Subyektif
1.         Biodata
Nama
:
Nama klien, ibu dan ayah perlu ditanyakan agar tidak keliru bila ada kesamaan nama dengan klien yang lain. (Christina Ibrahim, 1998 : 84)
Umur
:
Berguna untuk mengantisipasi diagnosa masalah kesehatan dan tindakan yang dilakukan. (Modul Pelatihan Fungsional Bidan di Desa, Depkes RI, 1999)
Alamat
:
Untuk mengetahui dimana keluarga tinggal, serta menjaga kemungkinan bila nama anak sama, agar dapat dipastikan anak yang hendak diperlukan pertolongan (Christina, 1998, hal 84)
Agama
:
Perlu dicatat, karena hal ini sangat berpengaruh didalam kehidupan termasuk kesehatan dan akan mudah dalam mengatasi masalah kesehatan pasien (Depkes RI, 1999)
Pekerjaan
:
Jenis pekerjaan dapat menunjukkan tingkat keadaan ekonomi keluarga juga dapat mempengaruhi kesehatan (Depkes RI : 1999)

2.         Riwayat/ Status Kesehatan
a.          Keluhan Utama
Untuk mengetahui apa alasan ibu datang ke klinik/bidan atau keluhan apa yang dirasakan klien saat pengkajian pada saat klien datang misalnyaanak berak cair
b.         Riwayat Penyakit Sekarang
Apakah anak pernah menderita sakit mulai lahir sampai sekarang dan untuk mengetahui adakah penyakit menular yang dapat mempengaruhi kesehatan anaknya
c.          Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Untuk mengetahui apakah anak tersebut tidak pernah di opname dan mempunyai  penyakit menular yang dapat mempengaruhi kesehatan anak tersebut
d.         Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah ada yang menderita penyakit menular maupun keturunan dari pihak keluarga yang dapat mempengaruhi kesehatan anaknya

e.          Imunisasi
Untuk mengetahui apakah anak sudah mendapatkan imunisasi dengan lengkap
                       
3.         Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
a.          Prenatal
§   Jika selama hamil ibu rajin memeriksakan kandungannya, maka kondisi janin atau bayi selama masih dalam kandungan akan terkontrol dengan baik
§   Ibu yang selama hamil sudah mendapatkan imunisasi TT, maka anaknya bisa terhindari dari penyakit tetanus neonatorum
b.         Natal
Jika selama persalinan tidak terjadi komplikasi, tidak terdapat cacat bawaan pada bayi, berat badan lebih dari batas minimal dari nilai normal dan umur kehamilan ibu yang cukup bulan maka proses tumbuh kembang bayi dapat maksimal.
c.          Post Natal
Adalah masa nifas yang baik, tidak terjadi perdarahan pada saat nifas akan membantu ibu untuk lebih mudah merawat dan memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sampai bayi berumur 6 bulan.

4.           Riwayat Psikologi
Untuk mengetahui hubungan anak dengan orang tua dan keluarga, serta pengasuhan anak oleh siapa.

5.           Pola Kebiasaan Sehari-hari
Untuk mengetahui kebiasaan sehari-hari, meliputi nutrisi, istirahat, eliminasi dan aktivitas anak

II.           Data Obyektif
a)       Pemeriksaan Umum
Terdiri dari pemeriksaan terhadap K/U, TTV, BB dan tingkat dehidrasi
b)      Pemeriksaan Sistematik
§   Kepala
:
Kebersihan, pertumbuhan rambut dan kelainan - kelainan
§   Muka
:
Apakah pucat, kemerahan, bengkak
§   Mata
:
Selaput lendir mata, sklera mata, tanda konjungtivitis
§   Hidung
:
Kebersihan, pernafasan cuping hidung
§   Telinga
:
Simetris, kebersihan
§   Mulut
:
Tanda rhagaden, kebersihan, tanda stomatitis, keadaan gigi, kelainan pada mulut
§   Leher
:
Pembesaran kelenjar limfe, pembesaran vena jugularis
§   Ketiak
:
Kebersihan, pembesaran kelenjar limfe
§   Tangan
:
Simetris, adanya kelainan-kelainan pada tangan
§   Dada
:
Simetris, adanya bunyi wheezing dan ronchi
§   Perut
:
Adanya tanda-tanda kembung, tanda hernia inguinalis
§   Genetalia
:
Adanya kelainan pada genetalia, kebersihan
§   Kaki
:
Simetris, adanya kelainan-kelainan pada kaki
§   Punggung
:
Simetris, tidak ada kelainan-kelainan tulang punggung
§   Anus
:
Kebersihan, apakah ada lecet

2.13.2  Interpretasi Data Dasar
            Sesuai hasil pengkajian pada data subyektif dan data obyektif, untuk menentukan diagnosa diare
§  Masalah-masalah yang sering timbul atau muncul pada anak sakit
§  Peningkatan suhu tubuh
§  Gangguan pemenuhan nutrisi

2.13.3  Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial
Berdasarkan data yang ada, seorang bidan harus berpikir kearah yang lebih maju, misalnya potensial terjadinya dehidrasi sedang atau dehidrasi berat.

2.13.4  Identifikasi Kebutuhan Segera
             Tindakan segera, meliputi pemenuhan cairan, memberikan KIE pada ibu dan lakukan kolaborasi dengan dokter.

2.13.5   Intervensi
                        Untuk melakukan planning asuhan keperawatan pada anak diare, dalam melakukan asuhan keperawatan, bidan bekerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya, meliputi:
§  Perencanaan
Diagnosa
:
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan infeksi
Tujuan
:
-           Jangka Pendek
Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 4 jam, diharapkan suhu tubuh menurun
-           Jangka Panjang
Setelah dilakukan tindakan kebidanan selama 3x24 jam, diharapkan suhu tubuh kembali normal dengan kriteria :
·          Suhu tubuh normal 36,6 – 370C
·          Badan tidak panas
·          Mukosa bibir tidak kering

§  Intervensi
1.                                         Lakukan pendekatan therapeutic pada klien dan keluarga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar