Rabu, 02 November 2011

Askeb Kala III


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.     Latar Belakang
Kala III merupakan tahap ketiga persalinan yang berlangsung sejak bayi lahir sampai plasenta lahir.
Persalinan kala tiga dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.
Pada kala III, otot uterus (miometrium)berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi semkin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka pasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke dalam vagina.
Setelah janin lahir, uterus mengadakan kontraksi yang mengakibatkan penciutan permukaan kavum uteri, tempat implantassi plasenta. Akibatnya, plasenta akan lepas dari tempat implantasinya.

1.2.  Rumusan Masalah
·         Apa yang dimaksusd kala 3 dalam persalinan?
·         Bagaimana fisiologi dalam kala 3?
·         Bagaimana penanganan yang baik pada kala 3?
·         Bagaimana manajemen aktif pada kala 3?
1.3. Tujuan
1.      Tujuan dari makalah ini adalah agar bidan sebagai pemberi pelayanan dapat memahami dan bisa menerapkan bagaimana penatalaksanaan yang baik dan benar pada kala 3.
2.      Agar mahasiswa lebih dapat memahami tahapan dalam proses persalinan kala3 sehingga dapat menurunkan AKI dan AKB.
1.4. Manfaat
·         Mengetahui waktu yang harus dibutuhkan untuk pengeluaran Uri
·         Tanggap terhadap kelainan yang terjadi jika uri belum keluar.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TAHAP-TAHAP  PERSALINAN KALA III

2.1.   FISIOLOGI KALA III
Penyebab terpisahnya plasenta dari dinding uterus adalah kontraksi uterus (spontan atau dengan stimulus) setelah kala dua selesai. Berat plasenta mempermudah terlepasnya selaput ketuban, yang terkelupas dan dikeluarkan. Tempat perlekatan plasenta menentukan kecepatan pemisahan dan metode ekspulsi plasenta. Selaput ketuban dikeluarkan dengan penonjolan bagian ibu atau bagian janin.

Pada kala III, otot uterus (miometrium)berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi semkin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka pasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke dalam vagina.
Setelah janin lahir, uterus mengadakan kontraksi yang mengakibatkan penciutan permukaan kavum uteri, tempat implantassi plasenta. Akibatnya, plasenta akan lepas dari tempat implantasinya.

2.2.  PENGERTIAN

a.      Kala III merupakan tahap ketiga persalinan yang berlangsung sejak bayi lahir sampai plasenta lahir.
b.      Persalinan kala tiga dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.
Cara-cara Pelepasan Plasenta :
a)      Metode Ekspulsi Schultze
Pelepasan ini dapat dimulai dari tengah (sentral) atau dari pinggir plasenta. Ditandai oleh makin panjang keluarnya tali pusat dari vagina (tanda ini dikemukakan oleh Ahfled) tanpa adanya perdarahan per vaginam. Lebih besar kemungkinannya terjadi pada plasenta yang melekat di fundus
b)      Metode Ekspulsi Matthew-Duncan
Ditandai oleh adanya perdarahan dari vagina apabila plasenta mulai terlepas. Umumnya perdarahan tidak melebihi 400 ml. Bila lebih hal ini patologik.Lebih besar kemungkinan pada implantasi lateral.

Apabila plasenta lahir, umumnya otot-otot uterus segera berkontraksi, pembuluh-pembuluh darah akan terjepit, dan perdarahan segera berhenti. Pada keadaan normal akan lahir spontan dalam waktu lebih kurang 6 menit setelah anak lahir lengkap.
Beberapa Prasat untuk mengetahui apakah plasenta lepas dari tempat implantasinya :
a.    Prasat Kustner.
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan kiri menekan daerah di atas simfisis. Bila tali pusat ini masuk kembali ke dalam vagina, berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus. Bila tetap atau tidak masuk kembali ke dalam vagina, berarti plasenta lepas dari dinding uterus. Prasat ini hendaknya dilakukan secara hati-hati. Apabila hanya sebagian plasenta terlepas, perdarahan banyak akan dapat terjadi.
b.   Prasat Strassmann
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan kiri mengetok-ngetok fundus uteri. Bila terasa getaran pada tali pusat yang diregangkan ini berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus.
c.    Prasat Klein
Wanita tersebut disuruh mengedan. Tali pusat tampak turun ke bawah. Bila pengedanannya dihentikan dan tali pusat masuk kembali ke dalam vagina, berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus.

Tanda – tanda pelepasan plasenta.
Adapun tanda – tanda pelepasan plasenta yaitu :
1.Perubahan bentuk dan tinggi fundus.
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya di bawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear atau alpukat dan fundus berada di atas pusat.
2.Tali pusat memanjang.
Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva.
3.Semburan darah mendadak dan singkat.
Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar di bantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah (retroplasental pooling) dalam ruang di antara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas tampungnya maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas. Tanda ini kadang – kadang terlihat dalam waktu satu menit setelah bayi lahir dan biasanya dalam 5 menit.

2.3.  MANAJEMEN AKTIF KALA III

Tujuan manajemen aktif kala tiga adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan darah kala tiga persalinan jika di bandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis. Sebagian besar kasus kesakitan dan kematian  ibu d indonesia di sebabkan oleh perdarahan pascapersalinan dimana sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri dan retensio plasenta yang sebenarnya dapat di cegah dengan melakukan manajemen aktif kala tiga.
Penelitian Prevention of Postpartum Hemorrhage Intervention-2006 tentang praktek manajemen aktif kala tiga( Active Manajemen of Third Stage of Labor/AMTSL) di 20 rumah sakit di indonesia menunjukan bahwa 30% rumah sakit melaksanakan hal tersebut. Hal ini sangat berbeda jika di bandingkan dengan praktek manajemen aktif di tingkat pelayanan kesehatan primer(BPS/ rumah sakit) di daerah intervensi APN (kabupaten kuningan dan Cirebon) dimana sekitar 70% melaksanakan menejemen aktif kala bagi ibu-ibu bersalin yang di tangani. Jika ingin menyelamatkan banyak ibu bersalin maka sudah sewajarnya jika menejemen aktif kala tiga tidak hanya di latihkan tetapi jugadi praktekkan dan menjadi standart asuhan persalinan.

Keuntungan-keuntungan Aktif Kala Tiga :
1.      Persalinan kala tiga yang lebih singkat
2.      Mengurangi jumlah kehilangan darah
3.      Mengurangi kejadian retensio plasenta


Manajemen Aktif Kala tiga terdiri dari tiga langkah utama :
1)      Pemberian suntikan oksitosin dalam satu menit utama setelah bayi lahir
2)      Melakukan penegangan tali pusat terkendali
3)      Masase fundus uteri

PEMBERIAN  SUNTIKAN OKSITOSIN
1.      Serahkan bayi yang telah terbunkus kain pada ibu untuk dberi ASI
2.      Letakan kain bersih diatas perut ibu
3.      Periksa uterus untuk memastikan tidak ada bayi yang lain ( undiagnosed twin)
4.      Beritahu pada ibu bahwa dia akan disuntik
5.      Segera (dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir) suntikan oksitosin 10unit IM Alasan: oksitosin merangsang fundus uteri untuk berkontraksi dengan kuat dan efektif sehingga dapat membantu pelpasan plasenta dan mengurangi kehilangan darah. Aspirasi sebelum menyuntikan akan mencegah penyuntikan oksitosin ke pembuluh darah.

PENEGANGAN TALI PUSAT TERKENDALI
1.      Berdiri disamping ibu
2.      Pindahkan klem ( penjepit untuk memotong tali pusat saat kala 2). Pada tali pusat sekitar 5 – 20 cm dari vulva
3.      Letakan tangan yang lain pada tangan ibu. ( beralaskan kain) tepat diatas simfisis pubis.gunakan tangan ini untuk meraba kontraksi uterus dan menahan uterus pada saat melakukan penegangan pada tali pusat.setelah terjadi kontraksi yang kuat, tegangkan tali pusat dengan satu tangan dan satu tangan yang lain (pada dinding abdomen). Menekan uterus kearah lumbal dan kepala ibu ( dorso – kranial)
4.      Bila plasenta belum lepas, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali (skitar 2/ 3 menit berselang) untuk mengulangi kembali penegangan tali pusat terkendali.
5.      Saat mulai kontraksi ( uterus menjadi bulat/ tali pusat menjulur) tegangkan tali pusat kearah bawah, lakukan tekanan dorso-kranial hingga tali pusat semakin menjulur dan korpus uteri  bergerak keatas yang menandakan plasenta telah lepas dan telah dilahirkan.
6.      Tetapi jika langkah 5 di atas tidak berjalan sebagai mana mestinya dan plasenta tidak turun setelah 30-40 detik dimulainya menegangan tali pusat dan tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan lepasnya plasenta.jangan teruskan penegangan tali pusat.
7.      Setelah plasenta melepas,amjurkan ibu untuk mereran agar plasenta terdorong keluar melalui entroitus vagina.tetap tegangkan tali pusat dengan arah sejajar lantai (mengikuti poros jalan lahir)
8.      Pada saat plasenta terlihat pada intoritus vagina lahirkan plasenta dengan mengangkat tali pusat ke atas dan menopang plasenta dengan tangan lainnya untuk meletakkan dalam wadah penampung.karena selaput ketuban mudah robek,pegang plasenta dengan kedua tangan dan secara lembut putar plasenta hingga selaput ketuban terpilih menjadi 1.
9.      Lakukan penarikan dengan lembut dan perlahan untuk melahirkan selaput ketuban.
10.  Jika selaput ketuban robek dan tertinggal di jalan lahir saat melahirkan plasenta,dengan hati-hati periksa vagina dan serviks dengan seksama.gunakan jari-jari tangan anda atau klem DTT/steril/forsep untuk keluarkan selaput ketuban yang teraba.

PLASENTA MANUAL
Plasenta manual adalah tindakan untuk melepas plasenta secara manual(menggunakan tangan)dari tempat implantasinya dan kemudian melahirkannya keluar dari kavum uteri.
PROSEDUR PLASENTA MANUAL
1.      Persiapan
2.      Pasang set dan cairan inus
3.      Jelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan
4.      Lakukan anastesia verbal atau analgesia perektal
5.      Siapkan dan jalankan prosedur pencegahan infeksi
TINDAKAN PENETRASI KE DALAM KAVUM UTERI
1.      Pastikan kandung kemih dalam keadaan kosong
2.      Jepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva,tegangkan dengan 1 tangan sejajar lantai
3.      Secara obstetri,masukkan tanganlainnya(punggung tangan menghadap ke bawah)ke dalam vagina dengan menelusuri sisi bawah tali pusat
4.      Setelah mencapai bukaan serviks,minta seorang asisten atau penolong lain untuk meregangkan klem tali pusat kemudian pindahkan tangan luar untuk menahan vundur uteri
5.      Sambil menahan vundus uteri,masukkan tangan ke dalam hingga ke kavum uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta
6.      Rentangkan tangan obstetri menjadi datar seperti memberi salam( ibu jari merapat ke jari telunjuk dan jari-jari lain saling merapat)

MELEPAS PLASENTA DARI DINDING UTERUS
1.      Tentukan implantasi plasenta,temukan tepi plasenta paling bawah
2.      Setelah ujung-ujung jari masuk di antara plasenta dan dinding uterus maka perluas pelepasan plasenta dengan cara menggeser tangan ke kanan dan ke kiri sambil di geserkan ke atas(kranial ibu)hingga semua perlekatan plasenta terlepas dari dinding uterus
MENGELUARKAN PLASENTA
1.      Sementara satu tangan masih di dalam cavum uteri,lakukan eksplorasi untuk menilai tidak ada plasenta yang tertinggal
2.      Pindahkan tangan luar dari vundus ke suprasimpisis(tahan sekmen bawah uterus)kemudian intruksikan asisten atau penolong untuk menarik tali pusat sambil tangan dalam plasenta keluar(hindari terjadinya percikan darah)
3.      Lakukan penekanan(dengan tangan yang menahan suprasimpisis)uterus ke arah dorso kranial setelah plasenta dilahirkan dan tempatkan plkasenta di dalam wadah yang telah di sediakan
PENCEGAHAN INFEKSI PASCATINDAKAN
1.      Dekontaminasi sarung tangan(sebelum dilepaskan)dan peralatan lain yang digunakan)
2.      Lepaskan dan rendam sarung tangan dan peralatan lainnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
3.      Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir
4.      Keringkan tangan dengan handuk bersih dan kering

PEMANTAUAN PASCA TINDAKAN
1.      Periksa kembali tanda vital ibu
2.      Catat kondisi ibu dan buat laporan tindakan
3.      Tuliskan cara pengobatan tindakan yang masih diperlukan dan asuhan lanjutan
4.      Beritahukan pada ibu dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai tetapi ibu masih memerlukan pemantauan dan asuhan lanjut
5.      Lanjutkan pemantauan ibu hingga 2 jam pasca tindakan sebelum di pindah ke ruang rawat gabung.

RANSANGAN TAKTIL (MASASE) FUNDUS UTERI
1.      Segera setelah plasenta lahir, lakukan masase fundus uterus :
2.      Letakan talapak tangan pada fundus uteri
3.      Jelaskan tindakan pada ibu katakan pada ibu mungkin merasa agak tidak nyaman karena tindakan yang diberikan. Anjurakan ibu untuk menarik nafas dalam dan perlahan secara rileks.
4.      Dengan lembut tiap mantab gerakan tangan dengan arah memutar pada fundus uteri supaya berkontraksi. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 15detik, lakukan penatalaksanakan autonia uteri.
5.      Periksa plasenta dan selaputnya untuk memastikan keduanya lengkap dan utuh
6.      Periksa kembali uterus setelah 1-2 menit untuk menastikan uterus berkontraksi.
7.      Periksa kontraksi uterus setiap 15menit selama 1jam pertama pasca persalinan dan setiap 30menit selama 1jam ke2 pasca persalinan.

ATONIA UETRI
1.      Kontraksi miometrium dan perdarahan kala 3.
2.      Pada kehamilan cukup bulan aliran darah ke uterus sebanyak 500-800cc/menit.
3.      Jika uterus tidak berkontraksi dengan segera setelah kelahiran plasenta, maka ibu dapat mengalami perdarahan sekitar 350-500cc/menit dari bekas melekatnya plasenta.
4.      Bila uterus berkontraksi maka miometrium akan menjepit anyaman pembuluh darah yang berjalan diantara selabut otot tadi. Atonia uteriadalah sesuatu kondisi dimana mio metrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang kelura dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak terkenda

Beberapa faktor predisposisi yang terkait dengan perdarahan pasca persalinan yang  disebabkan atonia uteri adalah:
Yang menyebabkan uterus membesar lebih dari normal selama kehamilan, diantaranya:
·         Air ketuban yang berlebihan (poli hidramnion)
·         Kehamilan gemeli
·         Janin besar (makrosomnia)
·         Kala 1 dan atau 2 yang memanjang
·         Persalinan cepat (partus presipipatus)
·         Persalinan yang induksi atau dipercepat dengan oksitosin
·         Infeksi intrafatum
·         Multiparitas tinggi
·         Magnesium sulfat untuk mengendalikan kejang pada pre eklamsi atau eklamsi

PENATALAKSANAAN ATONIA UTERI
Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan rangsangan taktil atau masase fundus uteri :
·         Segera lakukan kompresi bimanual internal( KBI)



·         Kompresi bimanual eksterna

















BAB III
PENUTUP
3.1.            KESIMPULAN
      Kala III merupakan tahap ketiga persalinan yang berlangsung sejak bayi lahir sampai         plasenta lahir.
      Persalinan kala tiga dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya       plasenta dan selaput ketuban.
            Tujuan manajemen aktif kala tiga adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang           lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan    mengurangi kehilangan darah
     Keuntungan-keuntungan Aktif Kala Tiga :
·         Persalinan kala tiga yang lebih singkat
·         Mengurangi jumlah kehilangan darah
·         Mengurangi kejadian retensio plasenta

3.2.       SARAN
Dengan terselesainya makalah ini kami mengharapkan bagi pembaca dapat memahami tahapan proses persalinan kala 3 dan penatalaksanaan masalah yang trimbul pada kala III.








DAFTAR PUSTAKA
1.      Coad, Jane dan Melvyn Dunstall. (2007). Anatomi dan Fisiologi untuk Bidan. Jakarta : EGC
2.      Saifudin, Abdul Bari. (2002). Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP,
3.      Affandi, Biran, dkk, (2007), Asuhan Persalinan Normal, Asuhan Essensial
4.      Persalinan (Edisi Revisi), Jakarta : Jaringan Nasional Pelatihan Klinik,
5.      Bobak, Lawdermilk, Jensen, (2005), Keperawatan Maternitas edisi 4,
7.      Jnpk-kr , POGI(2008).Asuhan Persalinan Dan Insiasi Menyusui Dini .Jakarta



Tidak ada komentar:

Posting Komentar